Gampang Banget! Pahami Arti Peribahasa Lewat 20 Contoh Kalimat Keren

Table of Contents

Hai, Sobat! Pernah dengar orang ngomong pakai peribahasa, terus kamu cuma manggut-manggut padahal nggak ngerti artinya? Awkward banget, kan? Tenang aja! Artikel ini bakal bantu kamu pahami arti peribahasa lewat contoh kalimat yang keren dan gampang dimengerti. Siap-siap jadi master peribahasa, yuk!

Peribahasa Indonesia

Apa Sih Peribahasa Itu?

Peribahasa itu kayak bumbu dalam bahasa Indonesia. Ia merupakan kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu. Bayangin masakan tanpa bumbu, pasti hambar, kan? Nah, peribahasa bikin bahasa kita jadi lebih hidup dan bermakna. Pakar bahasa memperkirakan ada ribuan peribahasa dalam bahasa Indonesia yang diturunkan dari berbagai budaya di Nusantara.

Kenapa Penting Sih Belajar Peribahasa?

Biar nggak kudet! Selain bikin komunikasi makin seru, memahami peribahasa juga ningkatin kemampuan berbahasa kita, lho! Ini beberapa alasan kenapa belajar peribahasa itu penting:

  • Memperkaya Kosakata: Kamu jadi tahu banyak kata dan ungkapan baru.
  • Memahami Budaya: Peribahasa mencerminkan nilai dan kearifan lokal.
  • Menambah Wawasan: Banyak peribahasa yang mengandung pesan moral dan nasihat hidup.
  • Membuat Komunikasi Lebih Efektif: Pesan yang disampaikan jadi lebih padat dan berkesan.

20 Contoh Kalimat Peribahasa dan Artinya

Nah, sekarang kita langsung ke inti pembahasannya! Berikut 20 contoh kalimat peribahasa dan artinya yang mudah dipahami:

  1. Ada udang di balik batu: Tindakannya mencurigakan, sepertinya ia menyembunyikan sesuatu. Contoh: "Jangan-jangan ada udang di balik batu, kenapa dia tiba-tiba saja menawarkan bantuan?"
  2. Air susu dibalas air tuba: Kebaikan dibalas dengan kejahatan. Contoh: "Dia sudah menolongku, tapi aku malah membohonginya. Benar-benar air susu dibalas air tuba."
  3. Bagai air di daun talas: Tidak teguh pendirian, mudah berubah. Contoh: "Janjinya jangan dipercaya, dia itu bagai air di daun talas."
  4. Besar pasak daripada tiang: Pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. Contoh: "Kalau terus boros begini, bisa-bisa besar pasak daripada tiang."
  5. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya: Anak biasanya mewarisi sifat orang tuanya. Contoh: "Anaknya pandai bernyanyi, seperti ayahnya. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya."
  6. Cicak di dinding, diam-diam merayap: Diam-diam berusaha mencapai tujuan. Contoh: "Dia itu seperti cicak di dinding, diam-diam merayap untuk mendapatkan promosi."
  7. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung: Harus menghormati adat istiadat tempat kita tinggal. Contoh: "Kita harus bisa menyesuaikan diri dan menghormati aturan di sini. Ingat, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung."
  8. Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak: Kesalahan orang lain selalu terlihat, tetapi kesalahan sendiri tidak disadari. Contoh: "Dia selalu mengkritik orang lain, padahal dirinya sendiri banyak kekurangan. Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak."
  9. Hangat-hangat tahi ayam: Semangatnya hanya di awal saja, kemudian menghilang. Contoh: "Dia semangat belajar hanya di awal semester saja, setelah itu hangat-hangat tahi ayam."
  10. Kacang lupa kulitnya: Seseorang yang lupa asal-usulnya setelah sukses. Contoh: "Setelah menjadi kaya, ia lupa pada teman-teman lamanya. Benar-benar kacang lupa kulitnya!"
  11. Seperti katak dalam tempurung: Berpandangan sempit, kurang pengetahuan. Contoh: "Jangan jadi seperti katak dalam tempurung, perluas wawasanmu!"
  12. Malu bertanya sesat di jalan: Jangan ragu untuk bertanya agar tidak salah. Contoh: "Kalau tidak tahu, lebih baik bertanya. Malu bertanya sesat di jalan."
  13. Nasi sudah menjadi bubur: Sesuatu yang sudah terjadi dan tidak bisa diubah lagi. Contoh: "Sekarang nasi sudah menjadi bubur, penyesalan tidak ada gunanya lagi."
  14. Otak udang: Bodoh atau kurang pintar. Contoh: "Masa soal segampang itu tidak bisa dijawab? Otak udang, ya?" (Jangan digunakan untuk menghina, ya!)
  15. Pusat perhatian: Menjadi sorotan banyak orang. Contoh: "Dengan gaun merahnya, dia menjadi pusat perhatian di pesta itu."
  16. Ramai seperti pasar: Sangat ramai dan gaduh. Contoh: "Kelasnya ramai seperti pasar saat guru tidak ada."
  17. Tong kosong nyaring bunyinya: Orang yang banyak bicara biasanya kurang ilmunya. Contoh: "Dia selalu mengkritik karya orang lain, padahal karyanya sendiri belum tentu bagus. Tong kosong nyaring bunyinya."
  18. Utang budi dibayar utang: Kebaikan harus dibalas dengan kebaikan. Contoh: "Dia pernah menolongku, jadi aku harus membalas budi baiknya. Utang budi dibayar utang."
  19. Seperti pungguk merindukan bulan: Menginginkan sesuatu yang tidak mungkin tercapai. Contoh: "Cintanya bertepuk sebelah tangan, seperti pungguk merindukan bulan."
  20. Sambil menyelam minum air: Melakukan dua hal sekaligus dalam satu waktu. Contoh: "Sambil kuliah, dia juga bekerja paruh waktu. Sambil menyelam minum air."

Belajar Peribahasa

Tips Memahami Peribahasa

  • Banyak membaca: Semakin sering kamu membaca, semakin banyak peribahasa yang kamu temui.
  • Cari tahu artinya: Jika menemukan peribahasa yang tidak dimengerti, segera cari artinya di kamus atau internet.
  • Praktikkan dalam percakapan: Cobalah menggunakan peribahasa dalam percakapan sehari-hari agar lebih mudah diingat.
  • Bergabung di komunitas pecinta bahasa: Diskusi dengan orang lain bisa memperkaya pengetahuanmu tentang peribahasa.

Kesimpulan

Nah, sekarang kamu sudah tahu kan arti dari beberapa peribahasa dan bagaimana menggunakannya dalam kalimat? Keren banget, kan? Semoga artikel ini bermanfaat dan bikin kamu makin pede menggunakan peribahasa dalam percakapan sehari-hari.

Jangan lupa share artikel ini ke teman-temanmu, ya! Dan kalau ada pertanyaan atau peribahasa lain yang ingin kamu ketahui, tulis di kolom komentar di bawah. See you next time!

Posting Komentar